Menapaki rumput hijau
bangkitkan nurani tuk lebih berani
terpayungi dedaunan hingga pelosok negeri
di bersihkan air surga bening menembus hati nurani
Bersandar di tulang-tulang dahan jantung dunia
Aku hendak melaju ke dunia dahan, menetapi ranting demi ranting
Terengah nafas tak meracuniku, tak berburu tak jua mematahkan hatimu
lingkaran awan melindungiku dari bongkahan kegundahan
berada di titik tertinggi damai bersandingkan terik mentari
hingga bau kumal baju ini
langitku yang biru, aku bertanya padamu
tak perlu kau jawab, betapa atap-atapmu sempurna
tak angkuh dalam diam
sujudkan aku tuk bicara lebih dekat dengan-Mu
Senin, 09 Mei 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
Senin, 09 Mei 2011
Ranting demi ranting
Menapaki rumput hijau
bangkitkan nurani tuk lebih berani
terpayungi dedaunan hingga pelosok negeri
di bersihkan air surga bening menembus hati nurani
Bersandar di tulang-tulang dahan jantung dunia
Aku hendak melaju ke dunia dahan, menetapi ranting demi ranting
Terengah nafas tak meracuniku, tak berburu tak jua mematahkan hatimu
lingkaran awan melindungiku dari bongkahan kegundahan
berada di titik tertinggi damai bersandingkan terik mentari
hingga bau kumal baju ini
langitku yang biru, aku bertanya padamu
tak perlu kau jawab, betapa atap-atapmu sempurna
tak angkuh dalam diam
sujudkan aku tuk bicara lebih dekat dengan-Mu
bangkitkan nurani tuk lebih berani
terpayungi dedaunan hingga pelosok negeri
di bersihkan air surga bening menembus hati nurani
Bersandar di tulang-tulang dahan jantung dunia
Aku hendak melaju ke dunia dahan, menetapi ranting demi ranting
Terengah nafas tak meracuniku, tak berburu tak jua mematahkan hatimu
lingkaran awan melindungiku dari bongkahan kegundahan
berada di titik tertinggi damai bersandingkan terik mentari
hingga bau kumal baju ini
langitku yang biru, aku bertanya padamu
tak perlu kau jawab, betapa atap-atapmu sempurna
tak angkuh dalam diam
sujudkan aku tuk bicara lebih dekat dengan-Mu
Langganan:
Postingan (Atom)